Michael H. Hart, seorang astrofisikawan Yahudi-Amerika, menjadikan Nabi Muhammad sebagai orang paling berpengaruh dalam sejarah. Pendapat tersebut ia kemukakan dalam bukunya "The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History" yang diterbitkan pada tahun 1978 di Amerika Serikat.
“Muhammad, however, was responsible for both the theology of Islam and its main ethical and moral principles. In addition, he played the key role in proselytizing the new faith, and in establishing the religious practices of Islam.”
“Muhammad, bagaimanapun, bertanggung jawab atas teologi Islam dan prinsip-prinsip etika dan moral utamanya. Selain itu, ia memainkan peran kunci dalam menyebarkan agama baru, dan dalam membangun praktik keagamaan Islam,” demikian alasan Michael H. Hart dalam buku tersebut.
Tak hanya Michael H. Hart, seorang atheis dan penulis buku “Manivesto Komunis” seperti Karl Marx juga disebut-sebut mengagumi Nabi Muhamad. Sebuah buku yang diterjemahkan dan diterbitkan Gema Insani Pers (GIP) berjudul “Muhammad di Mata Cendekiawan Barat” yang ditulis oleh Syaikh Khalil Yasien, mengungkapkan hal yang mencengangkan itu.
"Nabi ini (Muhammad) dengan risalahnya telah membuka zaman baru untuk ilmu, cahaya dan pengetahuan. Layak untuk dicatat kata-kata dan perbuatannya dalam pola operasional. Oleh karena pelajaran yang dilakukannya itu adalah wahyu Allah yang diturunkan dan merupakan risalahnya juga.” Demikian kutipan pernyataan Karl Marx dalam buku tersebut.
Pandangan para pemikir barat itu membuktikan bahwa, bila ditinjau secara obyektif Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan karya besar bagi dunia. Jazirah Arab yang saat itu diselimuti kegelapan jahiliyah, berubah dalam waktu singkat menjadi mercusuar peradaban Islam yang terang benderang.
Hal itu, karena Rasulullah membangun peradaban itu melalui pendidikan sebagai pondasi utamanya, sebagaimana diisyaratkan melalui bimbingan wahyu yang pertama kali turun,
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-‘Alaq: 1-5).
Tak diragukan lagi, bahwa misi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah mengedukasi manusia kepada kebaikan dunia akhirat. Adapun bahan ajar atau sumber ilmunya berasal dari kalamullah.
كَمَآ أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِّنكُمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْكُمْ ءَايَٰتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّا لَمْ تَكُونُوا۟ تَعْلَمُونَ
Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (QS. Al-Baqarah 151).
Bahkan, ada pula hadits yang menegaskan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus sebagai seorang guru yang mendidik umat.
إِنَّ اللهَ تَعَالَى لَمْ يَبْعَثْنِيْ مُعَنِّتًا وَلَا مُتَعَنِّتًا، وَلَكِنْ بَعَثَنِيْ مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا
“Sesungguhnya Allah tidak mengutusku untuk mempersulit orang lain dan tidak pula untuk mencari kesalahannya tetapi Dia mengutusku sebagai seorang pengajar (guru) yang memberi kemudahan” (HR. Muslim).
Dalam hadits yang lain,
وَإِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّمَاً
…Dan sesungguhnya aku diutus sebagai seorang guru… (HR. Ibnu Majah dengan sanad dhaif).
Biidznillah, dari tangan Rasulullah itulah terbentuk kader penerus, yakni para sahabat, dilanjutkan para tabi’in dan seterusnya sebagai generasi emas.
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Menurut studi pendidikan, cara paling baik untuk mengetahui kapasitas guru adalah dengan menilai murid-muridnya. Jika kita berpatokan dengan studi tersebut, akan kita dapati bahwa Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam adalah murabbi dan guru teragung. Sebab, berkaitan tentang murid dan anak didik beliau itu, Allah berfirman:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia... (QS. Ali Imran: 110).
Al-Imam Ibnu Katsir menjelaskan yang dimaksud umat terbaik dalam tafsirnya,
ورواه أحمد في مسنده، والنسائي في سننه، والحاكم في مستدركه، من حديث سماك، عن سعيد بن جُبَير عن ابن عباس في قوله: { كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ } قال: هم الذين هاجروا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم من مكة إلى المدينة
Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya, Imam Nasai di dalam kitab sunannya, dan Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya telah meriwayatkan melalui hadis Sammak, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: "Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia." (QS. Ali Imran: 110) Bahwa mereka adalah orang-orang yang berhijrah bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dari Mekah ke Madinah. (Tafsir Ibnu Katsir: II/93).
Al-Imam Al-Qarafi berkata dalam kitabnya Al-Furuq,
لو لم يكن لرسول الله صلى الله عليه وسلم معجزة إلا أصحابه، لكفَوه لإثبات نبوته
“Seandainya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memiliki mukjizat kecuali para sahabatnya, maka cukuplah mereka sebagai bukti kenabian.” (Al-Furuq, IV/303).
Oleh sebab itu, ketika kaum muslimin tengah berada dalam keterpurukan, maka tirulah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menyusun kekuatan. Beliau awali kebangkitan Islam itu dari Baitul Arqam, lembaga pendidikan pertama di Mekah, yang dikelola untuk mengkader generasi pertama, assabiqunal awwalun. Kemudian pengkaderan itu terus berlanjut di Masjid Nabawi Madinah dengan para sahabat ahlusshuffah.
Perjalanan tersebut mengajarkan kita, dari seorang guru dan murabbi yang handal, akan tercipta pendidikan berkualitas, sehingga melahirkan generasi terbaik yang kelak membangun peradaban. Wallahu a’lam.