Breaking News

Air Mata Ibrahim alaihissalam

Allah ta'ala berfirman:

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلْعَالَمِينَ * فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَّقَامُ إِبْرَاهِيمَ ۗ
"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah (rumah) di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat ayat-ayat yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim." (Ali Imrah: 96-97)

Sepanjang garis Al-Quds hingga Mekah dalam lintasan gunung-gunung yang tinggi menyentuh awan. Di lerengnya yang terjal dan culas, berbatu setajam belati, berliku dan kelam, longsor dan seram.

Seorang lelaki berotot kuat, berkulit liat, tinggi dan tegap, menyintas lembah dan perbukitan rimba salju Palestina dan Suriah. Sesaat kemudian dia telah bermandi keringat terbakar di atas padang pasir jazirah Arab lalu tergulung badai sahara. Es tak bisa membekukan izahnya, bara tak kuasa menghanguskan lembut hati dan budi pekertinya.

Hidupnya yang penuh lika-liku dan luka tanpa leka, epik abadi dalam mushaf. Hikayat yang tak berkesudahan dalam kisah dan jilid-jilid kertas. Terujilah jiwanya, terbuktilah cintanya dan tersingkaplah kemuliaanya.

Lelaki itu, Ibrahim alaihissalam namanya.

Selama berabad-abad dalam peradaban ajaran millah Ibrahim, nama dan kisah ini menjadi lambang perjalanan kepedihan yang endingnya kebahagiaan. Nama harum mewangi yang ditempa dengan kalis-kalis pengorbanan dari semua sisi kehidupan insani. Bahkan hujanpun tak kuasa menyapu air matanya.

Dan Allah ta'ala kekasihnya Maha Tahu lagi Maha Bijaksana. Dia Maha Mengetahui, artinya tidak ada sesuatupun dari urusan Ibrahim alaihissalam yang tersembunyi bagi-Nya. Dia Maha Tahu batin dan niatnya seperti halnya dia Maha Tahu amal lahirnya.

Dia Maha Bijaksana, artinya Dia akan menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dia memberikan anugerah "al-khalil" (kekasih) karena suami Saroh dan Hajar sungguh-sungguh berhak menerimanya. Pengorbanan yang jujur, pengabdian yang ikhlas dalam seribu jejak hijrah.

Ia dewasa dalam hijrah, menikah dalam hijrah, memiliki anak dalam hijrah, mendidik keluarga dalam hijrah, dan mati dalam hijrah. Semua epik kehidupannya hanyalah hijrah! Dan itu hanya linangan air mata.

Allah Maha Tahu tangis Ibrahim alaihissalam. Allah Maha Tahu betapa sesak dadanya saat dia harus hijrah bersama Saroh dari Babilonia (Iraq), Menuju Al-Khalil (Palestina), lalu pindah ke Mesir dan setelah sekian lama kembali lagi berhijrah ke Al-Khalil.

Allah Maha Tahu tangis Ibrahim alaihissalam, saat diam seribu bahasa meninggalkan Hajar di bukitan tandus berbatu. Bahkan salam perpisahanpun tak kuasa ia kecupkan. Hanya sebuah geriba kurma dan air yang ia tinggalkan, menurut riwayat Ibnu Abbas radhiyallahu anhu yang dikeluarkan oleh Imam Al-Bukhari rahimahullah.

Ibrahim alahissalam segera membalikkan punggung berlalu. Mengabutkan bening berbinar sendu di ujung matanya. Wajah itu tetap cahaya meski mendung menggayut air mukanya. Agar Hajar tak melihat beban berat menggenangi jiwanya. Agar Hajar tetap kokoh seperti bebatuan Mekah.

Kata Ibnu Abbas radhiyallahu anhu: Hajar mengikuti Nabi Ibrahim dan berkata, “Wahai Ibrahim! Kemana engkau hendak pergi meninggalkan kami di lembah yang tak berpenghuni dan tak ada apapun di sini?” Hajar mengucapkan kata-katanya berulang kali, namun Nabi Ibrahim tidak juga menolehnya. Akhirnya Hajar bertanya, “Apakah Allah yang memerintahkan hal ini kepadamu?”

Hanya satu kata tiada tempat terucap. Kekasih Allah telah kehilangan kata. Hanya jawaban, "Benar," yang sanggup terucap.

Nabi Ibrahim alaihissalam terus berjalan, melangkahi dinding-dinding perbukitan Bakkah (tangisan). Hingga ketika sudah berada balik bukit tidak terlihat lagi oleh Hajar dan putranya, ia berhenti. Ibrahim alahissalam perlahan menghadapkan wajahnya ke lembah dimana istri dan putranya dia tinggalkan sembari mengangkat tangan:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

"Ya Rabb kami! sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman produktif di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Wahai Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rizkilah mereka dari buah-buahan, supaya mereka bersyukur." (Ibrahim: 37)

Berurai air mata Ibrahim alahissalam melipir jatuh dihamparan pasir. Bersama tangisan keras bayi Ismail yang memantul tebing-tebing. Bersama tangisan Hajar ketika bayang-bayangnya tertinggal antara Sofa dan Marwa.

Allah Maha Tahu air mata Ibrahim alaihissalam, muhajir fi sabilillah. Karenanya Allah dari atas tujuh langit mengabadikan tangisannya dalam firman-Nya:

لَلَّذِي بِبَكَّةَ

"Bagi orang yang Bakkah." (Ali Imran: 96)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya menyebut salah satu arti Bakkah yaitu tangisan.

لأن الناس يتباكون فيها

Karena manusia saling menangis di negeri tersebut.

Check Also

E-Book Panduan Ringkas Ibadah Qurban

Penulis : Ust Wahyu Dwi Pastyo Lc. Panduan-Ringkas-Ibadah-QurbanDownload Rasullah SAW Bersabda : Tiada Amalan hamba …