Khutbah Idul Fitri 1441 H: Pelajaran Ramadhan Semasa Pandemi Corona

KHUTBAH IDUL FITHRI 1441 H

PELAJARAN RAMADHAN SEMASA PANDEMI CORONA

Ust. Abdurrahim Ba’asyir Lc.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَأَفْضَلُ الهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ r وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ َوكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.

Jama’ah shalat Idul Fithri yang semoga dirahmati oleh Allah.


Pagi ini kita berada dalam hari besar, hari yang ditentukan Allah sebagai hari perayaan. Hari ketika kita kembali berbuka puasa setelah sebulan penuh, yaitu hari Idul Fithri. Kenikmatan yang tidak terhitung, kita dapat menjalankan ibadah shiyam disituasi serba sulit baik ibadahnya, ekonomi, maupun kesehatan karena dampak dari pandemi Covid-19.

Hari ini adalah hari kita luapkan kesyukuran kita kepada Allah ta’ala atas segala nikmat dan anugerahnya kepada kita sekalian. Sehingga kita masih diberi kesempatan untuk merampungkan puasa ramadhan dalam situasi yang berat, bagi kita, keluarga dan masyarakat. Kita bersyukur kepada Allah, rabb semesta alam yang berkuasa menurunkan wabah dan Dia berkuasa pula mengangkatnya.

Kita bersyukur masih dapat mencicipi nikmatnya ibadah di bulan mulia ini, yang pahalanya melebihi pahala di luar bulan ramadhan. Kita bersyukur atas nikmat kesehatan disaat ribuan orang terkena wabah Corona, di saat lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia terinfeksi. Kita bersyukur atas nikmat rizki, setidaknya kita masih bisa buka puasa dan sahur apa adanya diwaktu banyak orang tidak bisa makan dan tidak berpuasa.

Hadirin jama’ah idul fithri yang semoga dirahmati Allah….

Pagi ini waktu paling tepat untuk mensyukuri berbagai nikmat Allah.

Atas pertolongan Allah semata, kita dapat melewati ramadhan dalam masa sulit. Tetapi hari ini kita harus bergembira karena kita kembali menjadi seperti bayi seperti perkataan para ulama masa lalu:

Hari ini suatu kaum telah kembali dalam keadaan sebagaimana ibu mereka melahirkan mereka.”

Seperti bayi yang lahir tanpa membawa dosa, sebab ramadhan adalah bulan penuh ampunan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan ingin mendapatkan pahala, maka diampuni semua dosanya yang telah lewat. “ (Bukhari dan Muslim)

Beliau shallallahu ‘alaihi wassalam juga bersabda:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa melaksanakan shalat malam pada bulan Ramadhan karena iman dan ingin mendapatkan pahala, maka dia diampuni semua dosanya yang telah lewat.” (Muslim)

Semoga Allah ta’ala menerima amalan ramadhan kita dan semoga Allah mengampuni kesalahan dan kelalaian kita selama beramal di bulan ramadhan.

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ وَأَجَلُّ اللهُ أَكْبَرُ عَلَى مَا هَدَانَا

Allahu akbar kabiiro, Allahu akbar kabiiro, Allahu akbar walillahil hamd wa ajall, Allahu akbar ‘ala maa hadaanaa.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan pada junjungan kita, suri tauladan kita, Nabi akhir zaman, Nabi besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, begitu pula kepada para sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar. Allahu akbar walillahil hamd.

Ramadhan kita kali ini benar-benar ramadhan yang berbeda dari tahun sebelumnya. Kita melewati bulan syaban saat Pandemi Covid-19 merebak, sehingga perhatian kita teralihkan dari menyambut bulan suci ini. Pemberitaan, kekhawatiran, isolasi dan lockdown serta dampak ekonomi membuat mental kita terguncang. Sehingga itu semuanya membuat kita tidak bisa menyambut bulan turunnya Al-Quran seperti tahun-tahun sebelumnya. Semoga Allah mengampuni kita semua.

Merebaknya Pandemi Covid-19 disertai kepanikan sosial dan sikap ambigu pemerintah membuat kepanikan masyarakat semakin tidak terkendali. Sepekan sebelum ramadhan bahkan kita disibukkan dengan inisiatif lockdown masyarakat yang yang menutup gang-gang kampung. Kepanikan pasar dengan menimbun apa yang mampu ditimbun. Sementara itu informasi tentang jumlah ODP, PDP, Suspect dan Positif Covid-19 semakin bertambah dengan data yang simpang siur. Semua ini membuat kita kehilangan fokus menyambut bulan ramadhan.

Setelah itu pemerintah membuat aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB yang dibuat untuk mencegah penyebaran virus corona di Indonesia. PSBB diterbitkan Kementerian Kesehatan dalam rangka Percepatan Penanganan COVID-19 agar bisa segera dilaksanakan di berbagai daerah.

Pembatasan tersebut meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial budaya, pembatasan moda transportasi, dan pembatasan kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan. Dampak sosial yang paling terimbas adalah ekonomi masyarakat non ASN. Sehingga ketika kita memasuki ramadhan banyak pembatasan-pembatasan yang mengikuti dari dampak wabah.

Ramadhan tahun ini adalah ramadhan masa sulit, berat dan penuh kesabaran setidaknya dalam tiga sisi:

Pertama: Dalam Ibadah.

Berbagai organisasi keagamaan seperti MUI, PBNU dan Muhammadiyah mengeluarkan fatwa dan himbauan agar shalat jamaah, shalat jumat dan shalat tarawih di rumah masing-masing. Edaran tersebut membuat pertentangan diantara umat antara yang pro dan kontra. Jadi ramadhan tahun ini semakin berat karena diawali dengan pergesekan pendapat. Semoga Allah mengampuni kita semua.

Diluar pro kontra tersebut, pemerintah daerah turut menghimbau dengan pembatasan ibadah. Sehingga kita merasakan masjid-masjid menjadi sepi. Tahun lalu, suara tilawah saling sahut bersahutan antar masjid menjelang berbuka dan bada tarawih untuk mengejar khataman selama sebulan. Tahun lalu kita masih bisa ifhtor bersama-sama warga di masjid dalam kebersamaan. Tetapi tahun ini, banyak masjid tutup bahkan untuk shalat jumat. Tahun ini kita kehilangan tawa anak-anak yang menyemarakkan ramadhan.

Di akhir 10 ramadhan yang biasa masyarakat berduyun-duyun untuk itikafpun menjadi sepi. Ibadah Ramadhan tahun ini kita beribadah di rumah masing-masing, dan tentu saja itu tidak seperti beribadah di masjid atau tahun lalu.

Kedua: Ekonomi

Kelas masyarakat yang ekonomi mereka setiap harinya hanya ditopang oleh pendapatan pada hari itu juga. Pemasukan menjadi sangat rentan karena ketika mereka tidak bekerja, maka pendapatan mereka juga tidak ada.

Lain halnya, bagi mereka yang berprofesi sebagai ASN atau pegawai lembaga formal, meskipun mereka tidak bekerja selama dua pekan karena kerja dari rumah, gaji mereka di awal bulan depan masih tetap utuh.

Bayangkan kalau pegawai informal, pedagang kecil-kecilan, dan orang yang kerjanya serabutan, tentu mereka sangat rentan dengan kemiskinan. Satu hari saja mereka tidak bekerja, maka tidak ada yang dapat dimakan untuk hari itu dan esoknya.

Tukang becak dan ojek merupakan salah satu contoh yang paling nampak. Karena ketika jalanan menjadi sepi pendapatan mereka otomatis turun drastik karena tidak ada yang mengorder.

Begitu juga sektor pariwisata sudah tutup. Jutaan orang yang hidupnya tergantung sektor pariwisata menjadi pengangguran. Jutaan pengelola dan pegawai destinasi parisiwasata menganggur.

Pemilik dan pegawai warung penjaja makanan dan toko souvenir berhenti bekerja. Pengola jasa travel berhenti operasi. Ratusan ribu penyedia jasa trasportasi, supir dan kru bus pariwisata, dan pemandu wisata menganggur.

Jutaan pegawai hotel menganggur. Jutaan pengrajin souvenir tidak berproduksi. Jutaan penyuplai bahan souvenir juga berhenti memberi pasokan.

Begitu juga, sekolah dan kampus selama dua minggu ke depan ditutup. Hal ini akan berdampak negatif bagi semua orang yang hidupnya sangat tergantung pada sekolah dan kampus. Ratusan ribu orang yang berdagang di sekolah dan kampus tidak bekerja.

Ribuan pegawai penyedia jasa fotocopy tutup. Seluruh toko penjual alat-alat sekolah sepi. Penjual sepatu dan seragam sekolah pun ikut sepi.

Aktivitas di pesantren juga diliburkan. Berapa ribu orang yang terlibat di pesantren menjadi tidak berpenghasilan. Seluruh penjual makanan di pesantren tidak bekerja. Seluruh pegawai laundry tidak bekerja. Masyarakat di sekitar pesantren tidak mendapatkan lagi imbas rejeki pesantren.

Biasanya, omzet pengusaha kue lebaran, penjual makanan tajil, baju lebaran, mukena dan sektor usaha lainnya justru meningkat ketika ramadhan. Tapi justru pada ramadhan kali ini mereka semua terpukul.

Ketiga: Kesehatan

Selain ancaman wabah corona yang sangat mudah menular, terdapat ancaman lain yang berkaitan dengan dampak-dampak tersebut yaitu; ibadah dan ekonomi. Tingkat kesehatan fisik dan psikhis masyarakat menjadi sangat terganggu. Kemampuan masyarakat untuk berfikir logis menjadi semakin menurun. Mereka menjadi lebih banyak berfikir, bagaimana cara mencari pendapatan secara halal.

Ketika iman mereka masih kuat tentu dilakukan dengan banyak berdoa, semoga penyebaran virus corona dapat segera dikendalikan. Namun, apa yang akan terjadi ketika iman mereka lemah, sementara berbagai kebutuhan dasar harus terpenuhi? Bulan ramadhan adalah bulan penguatan iman, malaikat turun dari langit membuat ruh iman kita menjadi naik dan semangat beribadah.

Tetapi kemudian kita harus melaksanakan ibadah dalam kondisi kekhawatiran atas penularan wabah. Sehingga ibadah terkonsentrasi di rumah dan tentu saja tidak maksimal. Ini berakibat pada keimanan kita, psikhis menjadi menurun.

Ditambah lagi beban tagihan utang, tagihan listrik, air, paket data, dan kredit harus segera dipenuhi seluruhnya.  Menjadi semakin runyam lagi, ketika leasing sudah dua bulan tidak terbayar. Bayangan buruk memperkeruh pikirannya karena adanya ancaman penarikan kendaraan bermotor. Penggerak roda ekonomi yang sudah sekian lama dicicil akan hilang. 

Ketika ibadah menurun dan pendapatan masyarakat menurun, tentu akan berdampak pada menurunnya tingkat kesehatan masyarakat karena asupan gizi lahir dan batin semakin menurun. Dampak ikutan lanjutannya, tingkat kerentanan terhadap penularan berbagai penyakit semakin tinggi pula, bukan hanya corona tetapi juga penyakit menular lainnya. Kita memohon pada Allah keselamatan.

Jama’ah shalat Idul Fithri yang semoga dirahmati oleh Allah,

Dari ketiga ujian dalam bulan ramadhan tahun ini; yaitu ujian dalam ibadah, ekonomi dan kesehatan semuanya memerlukan kesabaran yang lebih. Sabar yang disabar-sabarkan. Allah ta’ala dalam hadits qudsi telah mentakdirkan pahala puasa tanpa batas, unlimited. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ ، الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ ، قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ : إِلَّا الصَّوْمَ ، فَإِنَّهُ لِي ، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh anak Adam akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah ta’ala berfirman: Kecuali amalan puasa. Amalan tersebut untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalas puasanya.” (Muslim)

Allah ta’ala telah menetapkan dengan keadilan-Nya bahwa pahala puasa tidak ada batasnya; “Aku sendiri yang akan membalas puasanya,” kata Allah.

Redaksi hadits menunjukkan penggandaan amal pahala yang terus menerus berkembang tanpa batas terserah pada kehendak Allah. Dalam Al-Quran juga terdapat ayat yang menyebutkan pahala unlimited seperti pada firman-Nya:

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar: 10)

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu menyebutkan puasa adalah kesabaran. Sedangkan sabar itu ada tiga macam yaitu sabar menjalankan ketaatan, sabar meninggalkan kemaksiatan, dan sabar atas keinginan diri.

Seluruh macam kesabaran tersebut terkumpul pada puasa; sabar meninggalkan syahwat (makan, minum dan kemaluan), sabar meninggalkan maksiat dan sabar menjalankan ketataan. Inilah yang dimaksudkan dalam firman Allah dalam surat Az-Zumar 10, Allah memberi pahala tanpa batas bagi orang yang berpuasa.

Pada asalnya, seseorang yang melakukan kebaikan Allah akan lipat gandakan pahalanya sebanyak 10 kali seperti dalam surat Al-An’am 160:

مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا ۖ

“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya.”

Ini adalah asal, setelah itu pahala berkembang sesuai dengan berbagai faktor seperti jenis amalanya, derajatnya, keutamaannya, waktu dan keikhlasan seseorang. Sebab itu Allah berfirman:

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir (sanabil), pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.” (Al-Baqarah: 261)

Kebaikan dilipatgandakan menjadi 700 kelipatan dan Allah menambah kelipatannya lebih banyak dari itu sampai tak terhingga. Walhasil makna “Kecuali amalan puasa. Amalan tersebut untuk-Ku,” tidak ada yang mengetahui besarnya pahala puasa kecuali Allah. Allah akan melipatgandakannya tanpa batas.

Mengapa Allah memberikan pahala tanpa batas pada puasa seseorang? Karena puasa mengumpulkan pahala-pahala kesabaran. Dan apabila ketika kita menjalankan puasa dengan berbagai macam ujian yang lebih berat seperti saat pandemi corona saat ini, maka puasa kita menjadi lebih istimewa dari pada tahun-tahun sebelumnya karena memerlukan kesabaran yang lebih banyak.

Jadi puasa tahun ini merupakan hadiah istimewa dari Allah disebabkan kesabaran yang bertingkat-tingkat di dalamnya.

 

Jama’ah shalat Idul Fithri yang semoga senantiasa istiqamah di jalan Allah,

Amal shalih dapat menghapus dosa yang dilakukan oleh seseorang, seperti firman Allah:

إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ

“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (Hud: 114)

Sebaliknya, perbuatan maksiat juga dapat menggugurkan sebagian amal shalih. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.” (Al-Hujurat: 2)

Hanya karena perbuatan maksiat dengan meninggikan suara melebihi suara Nabi salalallahu alaihi wassalam menjadi penyebab hilangnya amal. Dalam hadits disebutkan:

مَنْ تَرَكَ صَلَاةَ الْعَصْرِ ، فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُه

“Siapa yang meninggalkan shalat Ashar, maka amalnya akan gugur.” (Al-Bukhari)

Kedua dalil di atas menunjukkan, amal kebaikan seorang hamba bisa terhapus karena perbuatan maksiat yang dilakukannya. Namun amal kebaikan yang terhapus hanya sebagian tidak seluruhnya. Perbuatan dosa yang dapat menghapus seluruh amal hanyalah syirik dan kekufuran seperti firman Allah:

لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ

“Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu.” (Az-Zumar: 65)

Sufyan bin Uyainah rahimahullah, meriwayatkan dari perkataan Asy-Syafii rahimahullah tentang makna kalimat:

إِلَّا الصَّوْمَ ، فَإِنَّهُ لِي

“Kecuali amalan puasa. Amalan tersebut untuk-Ku.”

Sufyan bin Uyainah memaknainya dengan: Perbuatan maksiat seseorang tidak bisa menghilangkan amal puasa.

Seluruh jenis amal shalih bisa gugur karena perbuatan maksiat kecuali amalan puasa, dia tidak dapat terhapus akibat dosa. Sebab Allah berfirman: “Amalan tersebut untuk-Ku.

Di hari kiamat nanti, kebaikan seseorang akan diambil sebagai ganti dari perbuatan dosanya. Misalnya, seorang pembunuh, pencuri atau pengghibah. Kebaikannya akan diambil dan diletakkan di atas mizan untuk menimbang kezhalimannya. Namun amal puasa tidak dapat diambil untuk menggantikan kelalimannya. Inilah keistimewaan ibadah puasa.

Akhirnya kami memohon kepada Allah Ta’ala agar senantiasa memberikan kita petunjuk dan taufik untuk tetap beramal shalih selepas Ramadhan ini.

Semoga amalan kita di bulan Ramadhan yaitu amalan shalat malam, membaca Al-Qur’an, bersedekah dan lainnya diterima oleh Allah. Moga kita diberi keistiqamahan serta diberi keistimewaan untuk bertemu dengan bulan Ramadhan berikutnya.

Di akhir khutbah ini, khatib tak lupa mengingatkan bahwa ujian ramadhan dalam situasi sulit akibat pandemi corona ini tidak ada apa-apanya apabila dibandingkan dengan ujian saudara-saudara kita kaum muslimin di negeri-negeri yang terluka. Penduduk Xinjiang Uighur harus berpuasa dalam ancaman corona dan tekanan pemerintah Tiongkok yang hendak memurtadkan mereka. Penduduk Suriah harus tetap berpuasa dalam kekhawatiran wabah corona dan juga situasi perang yang tidak seimbang melawan agresi aliansi Iran dan Rusia.

Penduduk Yaman, harus terus berpuasa juga dalam kondisi perang serta kemiskinan. Penduduk Rohingya terpaksa harus berpuasa ditengah pandemi di tenda-tenda pengungsian tanpa memiliki negara. Dan pula penduduk Palestina, mereka telah lockdown selama lebih dari 50 tahun dibawah penjajahan bangsa kera Yahudi. Doa kita selalu untuk mereka.

Mari kita tutup khutbah Idul Fithri dengan doa, moga Allah perkenankan setiap doa kita di hari penuh kebaikan ini.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْماً.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَاناً صَادِقاً ذَاكِراً، وَقَلْباً خَاشِعاً مُنِيْباً، وَعَمَلاً صَالِحاً زَاكِياً، وَعِلْماً نَافِعاً رَافِعاً، وَإِيْمَاناً رَاسِخاً ثَابِتاً، وَيَقِيْناً صَادِقاً خَالِصاً، وَرِزْقاً حَلاَلاً طَيِّباً وَاسِعاً، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجمع كلمتهم عَلَى الحق، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظالمين، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعَبادك أجمعين.

اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ.

اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا يَا ذَا

الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.

اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالفَحْشَاءَ وَالشَّدَائِدَ وَالفِتَنَ وَالمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ يَارَبَّ العَالَمِيْنَ

رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم  تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُم

عِيْدُكُمْ مُبَارَكٌ وَعَسَاكُمْ مِنَ العَائِدِيْنَ وَالفَائِزِيْنَ

كُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

DOWNLOAD PDF KERTAS A4 SIAP PRINT

Check Also

PUASA DAN SEDEKAH

Pada saat Rasulullah ﷺ memulai dakwah di Mekkah, terdapat sekitar 128 perilaku jahiliyah yang harus …