Operasi Intelijen Kerajaan Sulaiman

Nabi Sulaiman ‘alaihissalam adalah nabi sekaligus raja yang cerdas dan bijaksana. Al-Imam ibnu Katsir dalam kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah mengutip Al-Hafizh Ibnu ‘Asakir tentang silsilah Nabi Sulaiman hingga nabi Ibrahim,

هو سليمان بن داود بن ايشا بن عويد بن عابر بن سلمون بن نحشون بن عمينا داب بن ارم بن حصرون بن فارص بن يهوذا بن يعقوب بن إسحق بن إبراهيم

Ia adalah Sulaiman bin Daud bin Isai bin Obed bin Boas bin Salmon bin Nahason bin Aminadab bin Ram bin Hezron bin Peres bin Yehuda bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. (Al-Bidayah wa An-Nihayah: II/22).

Nabi Sulaiman diberi kamampuan menundukkan segala mahluk di muka bumi, dari mulai manusia, jin, angin, setan, hingga hewan. Allah Ta’ala berfirman,

وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُودَ وَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ وَحُشِرَ لِسُلَيْمَانَ جُنُودُهُ مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ

“Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: “Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata. Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).” (QS. An-Naml : 16-17).

Oleh sebab itu, di antara prajurit Nabi Sulaiman bukan hanya manusia, tetapi juga jin, syaitan, hewan hingga angin.

Burung Hudhud

Salah satu pasukan Nabi Sulaiman adalah sekelompok burung Hudhud. Burung ini, memiliki paruh tipis dan bermahkota atau berjambul. Nama lain Hudhud adalah hupo tunggal (Upupa epops) yang hidup dan tersebar di Eurasia. Burung ini bisa terbang dengan jarak jangkauan yang jauh hingga ribuan kilometer. Di Indonesia, Hudhud adalah spesies burung pengembara yang langka tersebar di Sumatra dan Kalimantan bagian utara.

Maka tak heran, jika Nabi Sulaiman memilih burung Hudhud dalam jajaran pemerintahannya yang memiliki tugas penting.

Peran Hudhud tersebut amat menakjubkan dan menjadi kisah menarik, sebagaimana diterangkan oleh Syaikh Wahbah Zuhaili dalam tafsirnya.

وكان يستعين بالطير في مهام بريدية واستكشافية للماء، والتّعرف على أخبار الأمم والشعوب والممالك الأخرى، وهذا قبل أن توجد الاختراعات الحديثة من تحليق الطيران وسرعة الاتّصال بالوسائل المختلفة، مما يدلّ على أن معجزة القرآن الكريم وقدرة الله الخارقة تظهر متحدّية البشر في كل زمان ومكان

Dahulu Nabi Sulaiman menggunakan bantuan burung-burung (Hudhud) untuk tugas surat menyurat dan mengeksplorasi air. Hudhud juga dimanfaatkan untuk mengetahui berita-berita tentang kondisi masyarakat atau kerajaan lain. Hal ini terjadi sebelum adanya penemuan-penemuan moderen, berupa dunia penerbangan, kecepatan jaringan komunikasi dengan berbagai macam jenisnya. Hal ini menunjukkan mukjizat Al-Qur’an yang mulia dan kekuasaan Allah yang menakjubkan terungkap, serta menantang manusia (untuk membuat surat semisal Al-Qur’an, pen.) di setiap waktu dan tempat. (Tafsir Al-Wasith Az-Zuhaili, II/1871).

Bahkan, burung Hudhud menjadi burung yang istimewa, maka ia dilarang untuk dibunuh. Hal ini diungkapkan oleh Al-Imam Ibnu Katsir,

ولما كان الهدهد داعيا إلى الخير، وعبادة الله وحده والسجود له، نهي عن قتله، كما رواه الإمام أحمد وأبو داود وابن ماجه، عن أبي هريرة، رضي الله عنه، قال: نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَتْلِ أَرْبَعٍ مِنَ الدَّوَابِّ: النَّمْلَةِ وَالنَّحْلَةِ وَالْهُدْهُدِ والصُّرَد. وإسناده صحيح

“Mengingat burung Hudhud menyeru kepada kebaikan dan menyembah Allah semata serta bersujud kepada-Nya, maka burung Hudhud dilarang dibunuh. Seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Abu Daud, dan Imam Ibnu Majah melalui Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu yang telah mengatakan: ‘Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam melarang membunuh empat macam hewan, yaitu semut, lebah, burung Hudhud, dan burung Shurad.’ Sanad hadits berpredikat sahih. (Tafsir Ibnu Katsir: VI/188).

Operasi Intelijen

Kisah burung Hudhud di kerajaan Nabi Sulaiman tersebut cukup panjang dipaparkan di Al-Qur’an dalam surat An-Naml ayat 20 sampai 44.

Suatu ketika Nabi Sulaiman menggelar apel siaga pasukan. Namun, salah satu unit prajurit elit, burung Hudhud absen dalam gelar pasukan tersebut. Tidak hadirnya Hudhud atau keterlambatannya dalam aturan militer adalah tindakan indisipliner. Sehingga Nabi Sulaiman sebagai panglima perang tertinggi berhak menjatuhkan sanksi.

وَتَفَقَّدَ ٱلطَّيۡرَ فَقَالَ مَا لِيَ لَآ أَرَى ٱلۡهُدۡهُدَ أَمۡ كَانَ مِنَ ٱلۡغَآئِبِينَ ٢٠ لَأُعَذِّبَنَّهُۥ عَذَابٗا شَدِيدًا أَوۡ لَأَاْذۡبَحَنَّهُۥٓ أَوۡ لَيَأۡتِيَنِّي بِسُلۡطَٰنٖ مُّبِينٖ ٢١

“Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: “Mengapa aku tidak melihat Hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang”. (Q.S.  An-Naml 27: 20-21).

Agar tidak terjadi misunderstanding Hudhud segera melapor, bahwa ia baru saja menyelesaikan misi spionase di suatu negara. Nabi Sulaiman mungkin saja tidak memberikan tugas langsung yang spesifik terhadap Hudhud. Tetapi sebagai unit telik sandi terlatih, silent operation itu dilakukan berdasarkan insting dan inisiatif sesuai temuan di lapangan. Sehingga wajar, bila Nabi Sulaiman tidak mengetahuinya secara detil.

Hudhud membawa berita penting hasil surveilance (pengintaian) yang dilakukannya, di negeri Saba yang letaknya di Yaman, berjarak lebih dari 2000 Km dari kerajaan Nabi Sulaiman di sekitar Palestina.

فَمَكَثَ غَيۡرَ بَعِيدٖ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمۡ تُحِطۡ بِهِۦ وَجِئۡتُكَ مِن سَبَإِۢ بِنَبَإٖ يَقِينٍ ٢٢ إِنِّي وَجَدتُّ ٱمۡرَأَةٗ تَمۡلِكُهُمۡ وَأُوتِيَتۡ مِن كُلِّ شَيۡءٖ وَلَهَا عَرۡشٌ عَظِيمٞ ٢٣ وَجَدتُّهَا وَقَوۡمَهَا يَسۡجُدُونَ لِلشَّمۡسِ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ أَعۡمَٰلَهُمۡ فَصَدَّهُمۡ عَنِ ٱلسَّبِيلِ فَهُمۡ لَا يَهۡتَدُونَ ٢٤ أَلَّاۤ يَسۡجُدُواْۤ لِلَّهِ ٱلَّذِي يُخۡرِجُ ٱلۡخَبۡءَ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَيَعۡلَمُ مَا تُخۡفُونَ وَمَا تُعۡلِنُونَ ٢٥ ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ ٱلۡعَرۡشِ ٱلۡعَظِيمِ۩ ٢٦  

“Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk. Agar mereka tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan yang disembah kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai ‘Arsy yang besar’.” (QS. An-Naml: 22-26).

Tentang negeri Saba yang baru diketahui Nabi Sulaiman melalui burung Hudhud, memberikan gambaran bahwa meski ia seorang raja dengan pasukan dari kalangan jin manusia, tetap saja ia tidak mengetahui perkara ghaib, kecuali atas izin Allah. Sehingga ia memerlukan bantuan dari pihak lain yang memiliki pengetahuan, dalam hal ini Hudhud yang telah Allah tunddukkan kepada Nabi Sulaiman.

Adapun Hudhud meskipun hanya seekor burung, ia memiliki peran yang penting. Informasi dasar dari Hudhud tersebut menggerakkan Nabi Sulaiman sebagai pemimpin negara untuk mengambil sikap strategis.

Uniknya, Syaikh Dr. Ali Ash-Shalabi mengupas apa yang dilakukan burung Hudhud sarat dengan peran intelijen. Di mana, pada dasarnya kegiatan intelijen bersifat mengumpulkan informasi.

إن الآية الكريمة ذكرت مبدأ من مبادئ الاستخبارات وهو مبدأ جمع المعلومات، حيث إن الظروف التي جمعت فيها المعلومات هي ظروف حرب بدليل قوله تعالى: {وَحُشِرَ لِسْلَيْمَانَ جُنُودُهُ مِنَ الْجِنِّ وَالإِنْسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ} [النمل: 17]، نلحظ في هذه الآية تطبيق عناصر الاستخبارات التي هي

إقرار مبدأ الحصول على المعلومات

إذ أقر سليمان الهدهد ثم أرسله مرة أخرى: {قَالَ سَنَنظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ الْكَاذِبِينَ} [النمل: 27] ثم قال: {اذْهَب بِّكِتَابِي هَذَا فَأَلْقِهْ إِلَيْهِمْ ثُمَّ تَوَلَّ عَنْهُمْ فَانْظُرْ مَاذَا يَرْجِعُونَ} النمل: 28

عرض المعلومات المجمعة

قال تعالى: {إِنِّي وَجَدتُّ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِن كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ – وَجَدتُّهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِن دُونِ اللهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لاَ يَهْتَدُونَ… } النمل: 23، 24

تقييم المعلومات المعروضة وتقرير مدى صحتها

قَالَ {سَنَنظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ الْكَاذِبِينَ} النمل: 27

تحليل ودراسة المعلومات واستخلاص النتائج المفيدة منها

إمداد المسئولين وإطلاع القادة على المعلومات

فالهدهد كجندي من جنود سليمان رأى أن من واجبه أن يأتي بما حصل عليه من معلومات إلى مسئوله وهو سليمان عليه السلام: {وَجِئْتُكَ مِن سَبَأٍ بِنَبَأٍ يَقِينٍ} النمل: 22

Sesungguhnya ayat yang mulia ini menyebutkan prinsip-prinsip intelijen; yang berupa penghipunan informasi, dimana penghipuan infomasi saat itu dilakukan adalah dalam kondisi perang. Hal itu bisa  terlihat dalam firman Allah,”Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia, dan burung, lalu mereka diatur dengan tertib (dalam barisan).” (An-Naml:17). Bisa diperhatikan di sini tentang aplikasi anasir-anasir intelijen, di bawah ini:

– Penetapan Nabi Sulaiman, bahwa permulaan informasi telah didapatkan. Dimana Nabi Sulaiman menetapkan apa yang didapatkan oleh Hudhud lalu ia mengirimkannya kembali: “Berkata Sulaiman, akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu temsuk orang-orang yang berdusta.” (An-Naml: 27). Kemudian ia berkata: “Pegilah dengan membawa suratku ini, lalu jatuhkan kepada meraka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang merka bicarakan.” (An-Naml: 28).

 – Memaparkan informasi yang berhasil dihimpun. Allah berfirman, “Sesungguhnya aku menjumpai wanita  yang memerintah mereka, dan dia dianugrahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak mendapat petunjuk.” (An-Naml:27).

 – Klarifikasi informasi yang dipaparkan, dan penetapan sejauh mana tingkat kebenaranya,”Berkata Sulaiman, ‘Akan kami lihat apa kamu benar ataukah kamau termasuk orang orang yang berdusta.” (An-Naml:27).

 – Analisis dan studi tentang informasi itu serta mengambil kesimpulan yang berguna baginya.

  – Memberi sumbangan bagi para pemimpin untuk mengetahui lebih lanjut tentang informasi. Hudhud sebagai salah satu tentara dari tentara nabi Sulaiman, melihat bahwa merupakan kewajibannya untuk menyampaikan apa yang telah diperoleh dari infomasi pada pemimpinya yakni Sulaiman, “Dan kubawa kepadamu dari negeri Saba berita penting yang diyakini.” (An-Naml:22). (Fiqh An-Nashr wa At-Tamkin, hal. 361).

Guna melakukan verifikasi informasi yang didapat, Nabi Sulaiman mengirimkan surat kepada Ratu Balqis, sang pemimpin negeri Saba.

Bila umumnya suatu negara mengutus duta besar untuk menyampaikan pesan diplomatik, tidak dengan Nabi Sulaiman. Ia memilih operasi intelijen, dengan menerjunkan Hudhud yang cerdas. Sebuah operasi klandestin untuk menyelesaikan tugas yang dilakukan secara efektif, rahasia, dan langsung menuju sasarannya.

Hal itulah yang dilakukan Burung Hudhud, ia mampu mengakses titik sasaran, dengan mudah tanpa kendala apa pun.

قَالَ سَنَنْظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْكَاذِبِينَ (27) اذْهَبْ بِكِتَابِي هَذَا فَأَلْقِهْ إِلَيْهِمْ ثُمَّ تَوَلَّ عَنْهُمْ فَانْظُرْ مَاذَا يَرْجِعُونَ (28) قَالَتْ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ إِنِّي أُلْقِيَ إِلَيَّ كِتَابٌ كَرِيمٌ (29) إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (30) أَلَّا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ (31)

Berkata Sulaiman, “Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku, ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.” Berkata ia (Balqis) “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya, “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Naml: 27 -31).

Pesan tersurat itu tertulis sebagaimana diabadikan dalam Al-Qur’an, ringkas, jelas dan padat. Bahwa Nabi Sulaiman memperkenalkan kepada pemimpin kaum Saba adanya tuhan yang esa, maha pengasih dan penyayang, yakni Allah Ta’ala. Menurut para ulama, Nabi Sulaman yang pertama kali menulis basmalah, sehingga pasca diturunkannya wahyu di atas, menjadi pegangan bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, apabila menulis surat senantiasa diawali dengan basmalah.

وقال ميمون بن مِهْرَان: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يكتب: باسمك اللهم، حتى نزلت هذه الآية، فكتب: بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Maimun ibnu Mihran mengatakan bahwa dahulu Rasulullah Saw. dalam suratnya selalu mengawalinya dengan kalimat, “Dengan menyebut nama-Mu, ya Allah”, sebelum ayat ini diturunkan. Setelah ayat ini diturunkan, beliau mengawalinya dengan kalimat “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (Tafsir Ibnu Katsir, VI/189).

Adapun pesan tersiratnya adalah Nabi Sulaiman bersikap tegas dan tidak basa basi dalam hal ini. Ia melancarkan psywar (perang urat saraf), guna menyikapi praktik kesyirikan menyembah matahari yang terjadi di negeri Saba, dengan menyasar sang pucuk pimpinan.

Betapa terkejutnya Balqis ketika mendapatkan surat yang berasal dari kerajaan Nabi Sulaman yang jauhnya ribuan kilometer. Sementara, sang raja tersebut mengirimkan surat diplomatik langsung kepada dirinya hanya lewat burung, tanpa seorang prajurit pun yang tahu. Tentu hal itu tidak bisa dilakukan oleh raja sembarangan.

Jika area privat Ratu Balqis di istana saja bisa ditembus dengan mudah, maka bukan hal sulit bagi kerajaan Nabi Sulaiman untuk, menculik, membunuh sang ratu, hingga meluluhlantakkan kerajaan negeri Saba. Maka tak ada pilihan lain bagi Ratu Balqis kecuali menyerah dan berdamai guna memenuhi seruan Nabi Sulaiman.

Ratu Balqis kemudian mengumpulkan para menteri melaksanakan rapat kabinet untuk merespon surat diplomatik kerjaan Nabi Sulaiman.

Mereka berupaya melunakkan hati Nabi Sulaiman dengan mengirimkan berbagai hadiah. Namun, Raja Sulaiman sebagai seorang nabi Allah yang bertauhid, keimanannya tidak dapat dibeli dengan apa pun. Apalagi Nabi Sulaiman adalah raja yang kekuasaan dan kekayaannya tak tertandingi, baik sebelum dan sesudahnya.

Kiriman hadiah ratu Balqis ditolak mentah-mentah oleh Nabi Sulaiman. Pasalnya, hal itu dinilai sebagai sebuah pelecehan baginya. Maka, Nabi Sulaiman bertindak tegas, mengancam akan mengirimkan bala tentara yang tak akan tandingnya.

Singkat cerita, mendengar respon tegas Nabi Sulaiman, mau tak mau Ratu Balqis mendatangi Nabi Sulaiman dengan tunduk. Sang Nabi pun show of force menunjukkan mukjizat yang Allah anugerahkan kepadanya, berupa mendatangkan singgasana Ratu Balqis dalam sekejap, lalu membuat istana yang lantainya terbuat dari kaca.

Menyaksikan hal tersebut Ratu Balqis pun mengakui kenabian dan kebenaran risalah Nabi Sulaiman. Di sisi lain ia juga menyadari kezaliman dirinya yang selama ini menyembah selain Allah. Ia pun akhirnya memeluk Islam di hadapan Nabi Sulaiman.

قَالَتْ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam” (QS. An-Naml : 44)

Kisah Nabi Sulaiman, seyogianya memberikan pelajaran bagi para pemimpin. Yakni mampu secara bijak memanfaatkan sumber daya militer negaranya.

Nabi Sulaiman tidak bersikap otoriter terhadap bawahan atau rakyatnya. Ia juga tidak mengerahkan aparat keamanan maupun kekuatan militer demi kepentingan kekuasaan semata.

Sebaliknya, lewat operasi intelijen yang tepat, yakni terhadap pihak-pihak yang mengancam eksistensi keesaan Allah (tauhid) di muka bumi, Nabi Sulaiman meraih kemenangan tanpa pertempuran. Demikianlah sikap seorang, negarawan yang berhasil menaklukkan sebuah negeri demi memperluas syiar Islam, lewat cara yang elegan dan bermartabat.

Check Also

PUASA DAN SEDEKAH

Pada saat Rasulullah ﷺ memulai dakwah di Mekkah, terdapat sekitar 128 perilaku jahiliyah yang harus …